Breaking News

REFLEKSI Menyadari dan Mensyukuri Berkat 07 Apr 2017 15:38

Article image
Daya berkat bukanlah kekuatan mengontrol tapi kekuatan yang menyuburkan. (Foto: theeventchronicle.com)
Matahari yang terbit cemerlang tiap pagi dan meninggalkan aura temaram di langit senja. Itu semua adalah berkat.

Oleh Valens Daki-Soo

 

DI kalangan umat Kristiani bahkan mungkin makin lazim untuk umum, ucapan "Tuhan memberkati" atau "GBU" sangat populer. Pesan-pesan singkat via jalur komunikasi seluler kerap ditutup atau 'dimahkotai' dengan ucapan doa dan berkat: GBU...

Apa itu berkat? Apakah saya/kita sadar sepenuhnya ketika mengucapkan "God bless you"? Apakah kita asal meluncurkan kata-kata itu ataukah sepenuh hati kita iringi ucapan itu dengan doa agar sesama yang menerimanya benar-benar dihujani berkat Ilahi?

Kehidupan ini indah dan ajaib. Keajaiban itu sudah bermula sejak awal semesta ini. Entah apapun pendapat, hipotesis dan teori para fisikawan (termasuk Stephen Hawking yang 'meniadakan' peran Tuhan dalam proses penciptaan), saya meyakini dan mengalami betapa semesta, kehidupan dan segala ciptaan ini begitu indah dan menakjubkan.

Itulah "berkat", anugerah, manifestasi Cinta Ilahi yang tak bertepi. Itulah tanda kehadiran Allah Sang Pencipta yang membekaskan "jejak-jejak kaki-Nya" pada seluruh konstelasi semesta raya.

Linda Seger dalam bukunya Spiritual Steps on the Road to Success menulis, berkat adalah kata yang penuh kekuatan. Berkat mengandung arti diberikan dan menerima: orang tidak memberkati tanpa menanam sesuatu kepada orang yang menerima berkat. Dapatkah seseorang menerima berkat bila dia tidak menerima orang yang memberikan berkat? Bila benar bahwa semua ciptaan berasal dari sumber cinta yang satu, maka seluruh ciptaan diberkati dan sumber berkat adalah berkat itu sendiri.

Daya berkat “bukanlah kekuatan mengontrol tapi kekuatan yang menyuburkan.” Berkat membuat sesuatu lebih besar. Berkat membuat sesuatu berkembang.

Ahli Kitab Suci Perjanjian Lama Walter Brueggemann memahami berkat sebagai “kemampuan dalam meneruskan energi dan kekuatan untuk hidup kepada yang lain.” Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi (Kej 1:28)."

Manusia juga bisa memberikan berkat kepada sesamanya, sebagaimana Ishak memberikan berkat kepada Yakub (Kej 27:33).

Teolog Jerman Claus Westermann mengatakan hampir sebagian kata berkat dalam Kitab Suci bermakna kebebasan dan keselamatan, tidak hanya dalam arti horizontal tapi juga vertikal.

Kalau begitu, jelasnya seperti apa itu berkat? Segala yang menjadikan dirimu terbenam dalam rasa syukur. Segala kebaikan dan keindahan yang terpancar untuk mewarnai cakrawala hidup Anda.

Senyum manis dari wajah kekasih Anda. Pelukan hangat dari kerabat bagi Anda yang sedang tertekan. Kata-kata cinta yang membuncah dari jiwa pria sejati untuk Anda, para gadis. Keelokan perilaku pasangan yang menenteramkan hati Anda, para pria jantan. Sebutir nasi di piring Anda dan tiap tetes air yang sering Anda minum begitu otomatis, tanpa rasa syukur. Matahari yang terbit cemerlang tiap pagi dan meninggalkan aura temaram di langit senja. Itu semua adalah berkat.

Bagi saya, putra Indonesia asal Flores (NTT), daerahku itu adalah berkat. Di atas tanah yang keras itu Tuhan menempaku jadi pria yang harus kokoh menghadapi terpaan badai kehidupan. Dan di atas tanah itu Bung Karno merenungkan dasar negara besar ini, Pancasila. Inilah berkat bagi negeri kita.

Perjumpaan dengan Tuhan dalam berbagai cara, terutama ketika Anda merasa hidup ini tiada lagi berarti, itulah berkat. Bagi saudara yang Kristiani, mengalami kehadiran Yang Ilahi dalam diri Yesus Kristus merupakan berkat terindah dan paling agung.

Apapun agama dan keyakinan spiritual Anda, kehidupan ini merupakan samudera berkat. Kita hanya perlu bersyukur kepada Sang Pencipta untuk segalanya, merangkul sesama dengan hormat dan cinta, berusaha selaras dengan semesta.

Jika begitu, kita pantas berujar kepada sesama, "Tuhan memberkati Anda" atau "GBU".

 

Penulis adalah penikmat psikologi, Chairman PT Veritas Dharma Satya (VDS), Pendiri dan Pemimpin Redaksi IndonesiaSatu.co

Komentar