SOSOK Staf Khusus Komjen Pol (Purn) Gories Mere Tanggapi Tudingan Soal "Mafia Waduk Lambo" dan "Orang Kuat Jakarta" 04 Dec 2025 23:30
Sebagai staf khusus Pak GM, saya mendesak agar STW menghentikan penyebaran opini yang mengaburkan fakta, berhenti memproduksi tuduhan tanpa dasar, dan mengembalikan pernyataannya pada koridor data serta akuntabilitas publik.
MBAY, IndonesiaSatu.co-- Sehubungan dengan pernyataan Steph Tupeng Witin (STW) lewat opininya yang dipublikasikan media lokal yang berulang kali menyebut adanya “Mafia Waduk Lambo” dan “orang kuat Jakarta” dalam proyek Waduk Lambo, sebagai Staf Khusus Bapak Komjen Pol (Purn) Drs. Gories Mere (GM), saya perlu menyampaikan klarifikasi publik atas serial opini STW -- yang menyebut dirinya jurnalis dan penulis -- yang berisi insinuasi, tuduhan, bahkan fitnah kepada Pak GM.
Klarifikasi ini diperlukan untuk menjaga ruang informasi tetap objektif dan tidak dipenuhi narasi menyesatkan.
Selain itu, saya berkepentingan menjaga nama baik dan reputasi Pak GM sebagai tokoh nasional asal Flores yang telah berkarya untuk bangsa dan negara.
Sejarah mencatat, Pak GM adalah orang Asia pertama yang menjadi Kepala Asosiasi Lembaga-lembaga Penegak Hukum Antinarkotika se-Dunia (_President International Drug Enforcement_).
Prestasi Pak GM dalam penanganan terorisme mendapat apresiasi, penghargaan dari sejumlah Kepala Negara.
Di antaranya penghargaan dari Pemerintah Australia dan Malaysia:
- Dari Pemerintah Federal Malaysia: Darjah Kebesaran *Panglima Jasa Negara* (PJN) dengan gelar *‘ DATUK’* dan
- ?Dari dari Pemerintah Australia:
_The Order of Australia with the Approval of Her Majesty Queen Elizabeth The Second : *The Honorary ‘MEMBER’ in the General Division of the Order of Australia (‘AM’)_*
Pak GM telah berkarir mengabdi kkepada negara 40 tahun lebih, dalam rentang panjang, mengemban berbagai jabatan strategis (sejak perwira menengah hingga perwira tinggi Polri).
Rekam jejak ini menjadi bukti integritas dan dedikasinya yang utuh, total dan tuntas demi rakyat, bangsa dan NKRI tercinta.
Saya mengetahui hal ini dengan baik karena saya telah menjadi Staf Khusus Pak GM sejak 2001 saat beliau menjabat Direktur IV/Narkoba Mabes Polri (berpangkat Komisaris Besar) hingga kini (purnabhakti dengan pangkat Komisaris Jenderal).
1. Tentang “Orang Kuat Jakarta”
STW dalam opininya menulis, “Penulis sendiri tidak pernah menyebut nama orang dalam serial tulisan. Kita masih sangat menghormati ketokohannya meski namanya kerap muncul dalam dugaan kuat adanya mafia di waduk Lambo." Namun, pada kalimat sebelumnya, Steph Tupeng Witin menulis, “Saya heran, justru orang-orang yang sangat memuja-muji Serfolus Tegu melebihi dewa gelap, entah sadar atau tidak, membuka tabir ‘orang kuat Jakarta’ itu”.
Ini berarti, STW secara tidak langsung membenarkan tudingannya bahwa yang dimaksud ‘orang kuat Jakarta’ adalah sosok Pak GM.
Dalam konteks ini, saya perlu menjelaskan bahwa keterlibatan Pak GM dalam urusan Waduk Lambo hanya dalam upaya meredam penolakan warga (yang gagal dilakukan pemerintah daerah saat itu).
Saat tahun 2016 sebagai Staf Khusus Presiden, Pak GM melihat bahwa dari pembangunan 7 Waduk di NTT, hanya ada penolakan oleh warganya terjadi di Lambo, Kabupaten Nagekeo.
Setelah terjadi penolakan kuat oleh sebagian warga Lambo, sampai membakar alat berat pemerintah serta adanya demo penolakan ibu-ibu warga Lambo yang bertelanjang dada di depan aparat keamanan, Pak GM bersama Jenderal Jacki Uly turun ke lokasi yang sudah tidak mau menerima Bupati/Pemda dan Polres Ngada, menemui para warga penolak dibangunnya waduk Lambo.
Akhirnya, dalam tatap muka dengan warga Lambo penolak pembangunan waduk Lambo, ditemukan kesimpulan bahwa warga setempat belum mendapat _*’sosialisasi’_* tentang manfaat pembangunan bendungan dan aoa saja yang terdampak dari pembangunan tersebut.
Setelah itu, berulang kali sampai 30-an kali sejak tahun 2017 Pak GM turun ke lokasi Lambo mengajak berbagai pihak untuk melakukan sosialisasi menemui warga di lokasi Lambo, bahkan sampai mengajak perwakilan warga Lambo (yang menolak pembangunan waduk Lambo) ke Jawa meninjau bagaimana pembangunan bendungan Jatiluhur dan bendungan Jatigede di Jawa Barat. Juga diajak bertatap muka dengan Menteri PUPR dan memperoleh penjelasan langsung dari Menteri tentang manfaat bendungan.
Saat itu, wilayah waduk Lambo masih menjadi wilayah hukum Polres Ngada. Oleh karena itu kebetulan Kasat Intel Polres Ngada Iptu Serfolus Tegu adalah putera Nagekeo, Pak GM meminta agar Iptu Serfolus Tegu bersungguh sungguh untuk membantu dengan sepenuh hati mendampingi dan mengawal warga di kawasan waduk Lambo sampai terwujudnya pembangunan waduk tersebut. Apalagi ST adalah orang Nagekeo yang diyakini tahu adat Nagekeo dan cara mendekati warga setempat.
Dalam konteks ini, kami menilai ST sukses mengemban misi ini.
Sebagai staf, saya ingat Pak GM hampir 30-an kali terbang ke Flores, turun ke lokasi. Bahkan belasan tokoh Forum Penolakan Waduk Lambo diterbangkan ke Jakarta, menginap di Hotel Luwansa (Jakarta), meninjau waduk-waduk di Jawa Barat agar melihat sendiri kondisi di sekitar waduk, dan dipertemukan dengan Menteri PUPR Pak Basuki.
Saya tahu persis semua upaya ini karena saya-lah yang mengurusnya di Jakarta. Ketika terjadi dialog dengan para tokoh penolakan itu di Hotel Luwansa, saya sendiri yang mendampingi Pak GM.
2. Tuduhan Mafia proyek Waduk Lambo yang Wajib Dibuktikan
Pada hemat saya, pernyataan STW mengenai keberadaan mafia di Nagekeo adalah tuduhan serius yang harus dibuktikan secara pidana. Oleh karena itu, saya mendesak STW, bila memiliki bukti yang kuat, silakan membawa masalah tersebut ke ranah hukum. Buktikan dengan data jelas dan konkret adanya mafia di Nagekeo. Jangan mengada-ada dengan dalih membela rakyat kecil.
Soal membela rakyat kecil, STW jangan berpikir kami selama ini hanya tidur saja. Pak GM sangat sering membantu orang kecil secara riil-konkret. Itu bukan karena Pak GM "memberi dari kelebihan" seperti dituduhkan STW, tetapi karena beliau memiliki sahabat-sahabat baik yang bisa membantu.
Kami juga sering membantu pastor, suster dan uskup. Saya ingat, ketika Uskup Agung Ende Mgr. Sensi Potokota (Alm) mengadukan masalah hukum terkait aset Keuskupan Agung Ende di Jakarta, saya ditunjuk Pak GM untuk bantu menanganinya.
Saya dan staf saya dari VDS Law Firm menyaksikan sendiri, saat makan siang dengan Bapa Uskup Sensi di sebuah restoran di Jakarta, Pak GM langsung menelepon/memanggil seorang perwira menengah Polda Metro (kini beliau berpangkat bintang tiga) agar langsung merespons Bapa Uskup.
Begitu juga Pak GM membantu Uskup Larantuka yang berkaitan dengan suatu urusan/masalah. Masih banyak yang kami bantu, namun kami sebenarnya dan memang senyatanya kami tidak perlu mengungkap semuanya.
Sesungguhnya bukan karakter Pak GM bercerita tentang kebaikannya. Namun, saya-lah yang terpaksa membuka ini untuk menanggapi kecurigaan dan tuduhan STW yang sangat berlebihan.
Berikutnya, saya menolak pengaburan isu yang menghubungkan masalah/urusan personal AKP Serfolus Tegu dengan Pak GM. Urusan pribadi AKP Serfolus Tegu terkait Kafe Coklat dan lain-lain tidak ada hubungan dengan Pak GM. Pak GM malah tidak tahu adanya kafe itu. Itu hak ST untuk berbisnis, dan jika ada masalah, tidak mesti dikait-kaitkan dengan Pak GM.
Begitu juga dalam urusan pembangunan di waduk Lambo, jika ada masalah di sana, itu urusan pemerintah atau otoritas terkait. Tidak perlu dan tidak mesti ditaut-tautkan dengan Pak GM.
Itu sebabnya, saya perlu bertanya, atas dasar apa STW menuding Pak GM sebagai "orang kuat di Jakarta" yang jadi backing (beking) "mafia Waduk Lambo"? Sekali lagi, dengan catatan tegas: STW harus mampu menujukkan evidensi kuat tentang mafia yang dituduhkan itu.
Kepada saya, Pak GM menegaskan dirinya tidak tahu apa itu "mafia waduk Lambo" dan sama sekali tidak ada kaitan dengan apapun itu. Dalam chat WA beliau kepada saya, Pak GM menulis, "Lens, saya tidak tahu apa itu mafia waduk Lambo dan tidak ikut-ikutan dengan itu."
3. Sinis terhadap Bantuan Finansial
Dalam tulisannya, STW mengakui menerima bantuan finansial dari Pak GM, tetapi kemudian mempertanyakan motif Pak GM memberikan bantuan sosial (baca: berbuat baik).
Dalam seluruh tulisannya, STW membangun sinisme dan meragukan motif pemberian dari pejabat publik. Pada saat yang sama, ia mengaku telah menerima sumbangan dari Pak GM.
STW mempertanyakan sumber dana Pak GM. Ini menunjukkan sikap STW yang hipokrit, munafik. Dia menerima bantuan bulanan, tetapi mempertanyakan asal dana bantuan.
Menilai dan mencurigai Pak GM dalam hal sumber dana sambil tetap menerima -- bahkan masih "menagih" jatah bulanan pada 5 November 2025 -- adalah bentuk "split personality", kepribadian ganda.
Saya perlu jelaskan, Pak GM adalah seorang pensiunan Jenderal yang memiliki banyak relasi dan jejaring.
Di ujung pengabdian formalnya, Pak GM diangkat menjadi Staf Khusus Presiden Bidang Intelijen dan Keamanan oleh Presiden Jokowi, 2016-2019.
Sejak pensiun 2012, beliau diangkat menjadi Komisaris di beberapa perusahaan. Itulah sumber dananya, dan bukan dari sumber "kotor" yang muncul dalam "prasangka dan pikiran kotor" STW.
Saya saja yang bukan jenderal, orang biasa saja, punya perusahaan sendiri dan karenanya memiliki penghasilan, yang sering kami salurkan dalam bentuk bantuan sosial: beasiswa dan lain-lain. Apalagi seorang jenderal berpengaruh, yang wajar saja punya jejaring kuat.
Terakhir, tanggal 5 Nov 2025 STW masih menagih "jatah bulanan"-nya untuk bulan November 2025. Sekarang mempertanyakan dan mencurigai uang dari mana.
Sebenarnya, dalam hal memberi dan bersedekah, Pak GM selalu berpedoman pada firman Tuhan yang tertulis dalam Injil Matius 6:3: "Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu."
Namun, karena hati STW penuh dengan "hasrat nenyerang", fitnah dan dengki yang bertubi-tubi kepada setiap orang, maka Pak GM merasa perlu agar sifatnya yang materialistis yang tidak selayaknya dimiliki oleh seorang imam, perlu diungkap kepada publik.
Pak GM selama ini sudah banyak membantu orang tanpa pernah memberitahukan siapapun. Saya temasuk staf yang tahu tentang kebiasaan dan kedermawanan Pak GM, namun beliau tak pernah mengungkapkan itu kepada banyak orang.
Pak GM terpaksa membuka fakta itu karena sikap tak tahu diri STW yang sudah melampaui batas. STW menunjukkan sikap nir-etika. Di satu sisi menerima "jatah bulanan" dari Pak GM, tapi serentak di sisi lain STW menyudutkan bahkan mencoba mencederai reputasi pribadi Pak GM dengan memfitnah GM sebagai "orang kuat" di balik mafia-mafiaan.
4. Mengatasnamakan Orang Kecil
Kalau STW selalu menyebut orang kecil di waduk Lambo yang menjadi korban mafia, dapatkah STW dengan jelas menunjuk dan menyebut siapa saja orang-orang kecil itu? Bukankah para korban terdampak telah menerima ganti untung yang layak, dan masih ada sejumlah orang yang sedang dalam proses hukum dan Anda hanya perlu menunggu hasilnya.
5. Info Provokatif
Sebaiknya, STW berhati-hati menjadi pahlawan kesiangan yang seolah pro orang kecil. Sebagai orang luar Nagekeo, STW tidak tahu tentang kondisi internal Nagekeo. Namun, jika STW tampak tahu, itu dipastikan karena STW mendapat suplai "info provokatif" dari pihak-pihak yang ingin memetik manfaat tertentu dari situasi ini.
Kami sudah tahu itu karena yang mempunyai mata dan telinga bukan hanya STW.
STW tinggal di Lembata, namun menulis tentang Nagekeo tanpa investigasi langsung di lapangan.
Saya simpulkan, STW menulis berdasarkan masukan dari orang di Nagekeo dan/atau orang Nagekeo tertentu di diaspora apapun motifnya. STW hanya dijadikan corong yang bersuara kencang demi kepentingan tertentu.
Penutup
Pak GM tidak anti kritik. Bahkan sebagai mantan anggota Polri yang telah menduduki berbagai jabatan strategis, Pak GM sudah terbiasa menyikapi berbagai kritikan.
Bukan cuma kritikan apalaagi tuduhan tanpa dasar oleh STW.
Pada tahun 2004 pasca Bom Bali I dan II, dalam suatu dokumen yang ditemukan aparat Polri, Pak GM ada pada nomor 1 dalam Daftar Target para teroris yang berafiliasi pada Kelompok Jamaah Islamiyah (JI). Kapolri malah ada pada nomor 2.
Begitu juga, Pak GM pernah coba diserang dengan "Bom Buku".
Terakhir, pernah pula beliau menjadi target pembunuhan bersama beberapa pejabat tinggi lainnya beberapa tahun lalu.
Jadi, Pak GM tidaklah anti kritik. Namun kritik yang benar harus berbasis fakta dan bukti. Narasi besar membutuhkan dasar kuat.
Sebagai staf khusus Pak GM, saya mendesak agar STW menghentikan penyebaran opini yang mengaburkan fakta, berhenti memproduksi tuduhan tanpa dasar, dan mengembalikan pernyataannya pada koridor data serta akuntabilitas publik.
Akhirnya, kepada semua pembaca yang beragama Kristiani, kami ucapkan selamat Adventus. Kita menyongsong Natal sambil ber-"metanoia", bertobat, mengosongkan diri dari segala dosa, termasuk fitnah dan prasangka negatif.
***
Mbay, 4 Desember 2025
*Valens Daki-Soo*
Staf Khusus Bapak Gories Mere
Komentar